Penghibur Jalanan
Datang dari satu bus ke bus lainnya
Memainkan satu sampai dua lagu
Sayup-sayup terdengar irama nan syahdu
Dari ayunan dawai gitar dan suara yang dilantunkan
Tuk menghibur penumpang dari kejenuhan sepanjang perjalanan
Hinaan, cacian, dan umpatan, kadang mereka terima
Namun tak menyurutkan semangat mereka tuk mengais kepingan logam dan lembaran rupiah
Sebenarnya mereka juga tak ingin begini bukan?
Seandainya bisa memilih, tentu mereka juga ingin hidup layaknya kita
Yang bisa makan cukup dan tidur dengan nyenyak.
Tak banyak yang mereka minta
Tak banyak pula yang mereka harapkan
Hanya sedikit keikhlasan dari kita
Tuk mempertahankan hidup mereka
Renungkanlah, rasakanlah
Hidup tak selamanya ada di atas
Andai kuasa Tuhan berkata, kita menjadi seperti mereka
Bagaimana?
* Membaca sepintas puisi ini teringat akan kejadian tadi.
Ingin rasanya aku menyapa mereka, mereka yang kecil dan lusuh. Dengan telanjang kaki mereka berjalan dan terus berjalan menghinggap ke 1 mobil angkutan umum ke angkutan umum lainya. 2 Pekan lalu aku melihat salah satu di antara mereka sedang berkelahi, beradu jotos, bertonjok muka tak sampai hati aku melihatnya, dalam umurnya yang kurang lebih 7thn itu dengan tubuh yang mungil pula ia sanggup mencari nafkah seorang diri namun ketika itu mobil angkutan umum yang ku naiki sedang melaju dengan kencangnya. Sampai saatnya tadi, tadi, dan tadi ku melihatnya kembali dengan wajah yang sudah segar lagi dan kembali bersama mereka yang sama, senasip sepenanggungan denganya.
Dalam hati ku berkata ingin aku menyapa mereka, bertegur sapa, bahkan terbesit untuk belajar bersama dan berbagi tentang arti kehidupan. Sepertinya menarik, dan bahkan sangat menarik jika sampai benar bisa berbagi arti kehidupan dengan mereka. Meskipun kecil mereka mungkin lebih banyak mengetahui tentang arti kehidupan ini, karena dari kecil mereka terbiasa di lepas dan mencari nafkah sendiri. Namun yang aku lihat mereka kurang perhatian dan pembinaan, haus akan nasehat dari orang tua, bahkan rindu kasih sayang belaian seorang ibu*mungkin. Di sini aku bukan ingin menjadi sosok pahlawan kesiangan namun hati ini seperti memanggil bahwa mereka membutuhkan sosok seperti itu, mengasihinya, memberi mereka masukan tentang apa yang harus mereka lakukan dalam keadaan seperti ini dan itu, memberikan kasih sayang, berbagi cerita, dll. Namun sayang ketika tadi aku melihat dan bertemu mereka aku sedang dalam keadaan yang belum tepat untuk bertegur sapa, aku yang dalam keadaan di tengah jalan dan ingin menyebrang jalan seperti tak mungkin bila harus mengejar mereka, hati ini pun seolah belum sepenuhnya berani untuk menyapa mereka.. kenapa ini? Yang jelas ini adalah niatku jika suatu saat aku bertemu lagi aku tak ingin menyia-nyiakan waktu emasku untuk saling mengenal dan berbagi dengan mereka.amiinn
Sekianlah ceritaku pada malam ini kurang lebihnya mohon maaf..
Wassalamm =))
jadi ingat masa lalu nih...pengamen jalanan. smg mereka mampu enatap masa depan mereka dengan jiwa besar. blog yg bagus
BalasHapusammmin....
BalasHapussukron jazakillah ust, Mr. Heru =))
jgn lupa komen lagi ya kalo aku kirim link tulisanya lagi =)